Pendidikan seringkali diidentikkan dengan bangku sekolah atau universitas. Namun, proses belajar sejatinya berlangsung sepanjang hayat, bahkan di luar institusi formal. Edukasi nonformal adalah bentuk pembelajaran yang terstruktur namun tidak terikat oleh kurikulum baku atau jenjang formal, seringkali terjadi dalam konteks keluarga dan lingkungan sekitar. Bentuk pendidikan ini memiliki peran krusial dalam membentuk karakter, keterampilan, dan wawasan seseorang sejak dini. Artikel ini akan membahas bagaimana edukasi nonformal ini bekerja dan mengapa ia menjadi pilar penting dalam pengembangan individu.
Salah satu sumber utama edukasi nonformal adalah keluarga. Sejak kecil, anak belajar nilai-nilai moral, kebiasaan sehari-hari, hingga keterampilan dasar seperti berbicara dan berjalan dari orang tua atau anggota keluarga lainnya. Misalnya, seorang anak yang diajari menanam sayuran di halaman belakang oleh kakeknya setiap akhir pekan akan mendapatkan pengetahuan praktis tentang botani dan tanggung jawab, sebuah pelajaran yang mungkin tidak didapat di sekolah. Di Kota Bogor, pada hari Minggu, 12 Mei 2025, Bapak Rudi, seorang pensiunan guru, seringkali menghabiskan waktu sore mengajarkan cucunya cara memperbaiki sepeda, menanamkan nilai kemandirian dan keterampilan mekanik.
Selain keluarga, lingkungan sosial juga menjadi arena penting bagi edukasi nonformal. Melalui interaksi dengan tetangga, teman sebaya, atau partisipasi dalam komunitas, seseorang belajar tentang norma sosial, budaya, dan cara berinteraksi dalam masyarakat. Kegiatan ekstrakurikuler, kursus singkat, lokakarya komunitas, atau bahkan pengalaman kerja magang juga termasuk dalam kategori ini. Sebagai contoh, pada tanggal 20 April 2025, Karang Taruna di Desa Mekar Jaya, Jawa Barat, mengadakan pelatihan kerajinan tangan dari limbah plastik. Peserta tidak hanya mendapatkan keterampilan baru, tetapi juga kesadaran akan pentingnya daur ulang.
Peran edukasi nonformal sangat vital karena bersifat fleksibel dan relevan dengan kebutuhan individu atau komunitas. Pembelajaran dapat disesuaikan dengan minat, waktu luang, dan gaya belajar masing-masing. Ini berbeda dengan pendidikan formal yang cenderung seragam. Penting untuk diingat bahwa edukasi nonformal melengkapi, bukan menggantikan, pendidikan formal. Keduanya berjalan beriringan untuk menciptakan individu yang holistik dan siap menghadapi tantangan.
Pada akhirnya, memahami dan mengoptimalkan edukasi nonformal dari keluarga dan lingkungan adalah kunci untuk pembentukan individu yang berkarakter, terampil, dan adaptif. Pemerintah daerah, melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, seringkali mendukung program-program komunitas yang memfasilitasi pendidikan nonformal, seperti yang terlihat pada program pelatihan keterampilan di Kota Bandung pada akhir tahun 2024.