Kujang: Lebih dari Sekadar Senjata Tradisional, Identitas dan Keunikan Tanah Pasundan

Bagi para pria yang tertarik dengan warisan budaya dan senjata tradisional Indonesia, khususnya dari Pulau Jawa, selain keris, ada satu lagi senjata tradisional yang tak kalah menarik dan memiliki ciri khas unik: kujang. Berasal dari Jawa Barat, kujang bukan hanya sekadar alat untuk berburu atau bertani di masa lalu, tetapi juga sarat akan nilai filosofis, spiritual, dan menjadi simbol identitas masyarakat Sunda. Mari kita mengenal lebih dalam senjata tradisional yang istimewa ini.

Kujang adalah senjata tradisional dengan bentuk yang sangat khas dan berbeda dari senjata tajam lainnya. Umumnya, kujang terbuat dari besi, baja, atau campuran keduanya, dengan panjang bervariasi antara 20 hingga 25 sentimeter. Ciri pembeda utama kujang terletak pada bentuknya yang melengkung dan memiliki beberapa mata pisau atau “sisi” yang bergerigi. Jumlah sisi pada kujang bisa bervariasi, mulai dari satu hingga sembilan, dan setiap jumlah memiliki nama serta makna tersendiri. Bagian hulu (pegangan) kujang juga unik, seringkali berbentuk menyerupai kepala burung atau binatang lainnya, yang menambah nilai artistik senjata tradisional ini.

Sejarah kujang diperkirakan telah ada sejak abad ke-14 hingga ke-16 Masehi, pada masa Kerajaan Pajajaran. Pada masa itu, kujang tidak hanya digunakan sebagai alat pertanian, terutama untuk memanen padi, tetapi juga sebagai senjata tradisional dalam peperangan. Kujang juga memiliki nilai spiritual yang tinggi bagi masyarakat Sunda kuno. Dipercaya memiliki kekuatan magis, kujang seringkali digunakan dalam berbagai upacara adat dan ritual keagamaan. Bahkan, menurut catatan seorang sesepuh adat di sebuah desa di Jawa Barat pada hari Rabu, 23 April 2025, kujang pusaka desa tersebut diyakini memiliki kemampuan untuk melindungi hasil panen dari gangguan hama.

Selain fungsi praktis dan spiritual, kujang juga memiliki nilai seni dan estetika yang tinggi. Bentuknya yang unik, dengan lekukan dan gerigi pada bilahnya, serta ukiran pada bagian hulu dan sarungnya (kadang-kadang terbuat dari kayu atau tanduk), menjadikannya sebuah karya seni yang indah. Pada sebuah pameran senjata tradisional Nusantara yang diadakan di Bandung pada tanggal 10 April hingga 17 April 2025, seorang kolektor kujang bernama Bapak Dedi menjelaskan bahwa setiap detail pada kujang mencerminkan filosofi hidup dan pandangan dunia masyarakat Sunda pada zamannya.

Meskipun zaman telah modern, kujang tetap lestari sebagai simbol budaya Jawa Barat. Kujang seringkali dijadikan sebagai logo atau ornamen pada berbagai instansi pemerintah, organisasi, dan produk-produk khas Sunda. Mengenal kujang lebih dekat bukan hanya tentang memahami sebuah senjata tradisional, tetapi juga tentang mengapresiasi kekayaan budaya dan identitas masyarakat Pasundan yang unik dan kaya.