Dorongan Internal: Membangun Semangat Belajar Tanpa Perlu Hadiah

Motivasi belajar sering kali disalahartikan sebagai serangkaian hadiah atau hukuman eksternal. Padahal, fondasi semangat belajar yang kuat dan berkelanjutan adalah Dorongan Internal, atau motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik ini muncul dari kepuasan, rasa ingin tahu, dan kesenangan yang didapatkan dari proses belajar itu sendiri, bukan dari imbalan berupa uang, pujian, atau nilai tinggi. Bagi pelajar, menumbuhkan Dorongan Internal adalah kunci untuk menjadi pembelajar seumur hidup yang mandiri dan berdaya tahan. Sekolah dan orang tua memiliki peran penting dalam menggeser fokus dari hadiah eksternal ke kepuasan pribadi dalam menguasai sesuatu.

Pentingnya Dorongan Internal terletak pada sifatnya yang tahan lama. Berbeda dengan motivasi eksternal yang akan menghilang setelah hadiah diberikan, motivasi intrinsik terus mendorong individu untuk mencari tantangan yang lebih besar dan memperdalam pemahaman. Ketika seorang siswa SMP belajar coding karena ia menikmati proses pemecahan masalah dan kreasi sebuah program, ia akan terus belajar bahkan tanpa janji mendapat uang saku tambahan. Sebaliknya, siswa yang hanya belajar keras demi hadiah akan cenderung berhenti berusaha segera setelah tujuan eksternal tercapai.

Untuk membangun Dorongan Internal pada pelajar, lingkungan pendidikan harus menekankan tiga elemen kunci: otonomi, kompetensi, dan keterhubungan. Otonomi berarti memberikan siswa pilihan dan kendali atas proses belajar mereka. Sebagai contoh, di mata pelajaran Bahasa Inggris, guru dapat memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih topik presentasi yang benar-benar mereka minati, alih-alih menetapkan tema secara seragam. Pilihan ini meningkatkan rasa kepemilikan siswa terhadap tugas mereka.

Kompetensi berfokus pada pengalaman keberhasilan. Guru harus merancang tugas yang menantang namun dapat dicapai, memastikan siswa merasakan kemajuan dan penguasaan secara bertahap. Ketika siswa berhasil menguasai topik yang sulit setelah berusaha keras, rasa kompetensi mereka meningkat, memicu lebih lanjut Dorongan Internal untuk mencoba hal berikutnya. Hal ini juga didukung oleh temuan studi dari Asosiasi Psikolog Pendidikan yang dirilis pada 18 September 2025, yang menyatakan bahwa umpan balik spesifik dan membangun lebih efektif meningkatkan motivasi belajar jangka panjang siswa dibandingkan sekadar memberikan nilai A.

Keterhubungan berarti siswa harus merasa bahwa apa yang mereka pelajari relevan dengan kehidupan mereka atau memiliki makna sosial. Guru dapat menghubungkan materi pelajaran dengan isu-isu sosial yang sedang terjadi. Misalnya, dalam pelajaran Ekonomi atau Kewirausahaan, siswa diminta merancang solusi bisnis kecil yang dapat mengatasi masalah lingkungan di komunitas mereka. Proyek semacam ini memberikan makna dan tujuan yang jauh lebih dalam daripada sekadar nilai ujian. Pada akhirnya, dengan berfokus pada mengapa mereka belajar dan bukan apa yang akan mereka dapatkan, sekolah dapat menumbuhkan Dorongan Internal yang akan menjadi modal terkuat siswa untuk sukses di masa depan.